Warga Aceh Tamiang Terhindar dari Banjir Namun Menghadapi Kelaparan di Pengungsian
Table of content:
Banjir bandang yang menerjang Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, telah mengakibatkan kerusakan yang sangat meluas. Banyak rumah yang hilang, korban jiwa yang belum ditemukan, serta para pengungsi yang terpaksa menghadapi situasi sulit dengan kelaparan dan putusnya akses listrik selama berhari-hari.
Salah satu warga yang selamat, Panji Akbar, menceritakan perjalanan menyusuri tragedi ini bersama keluarganya. Mereka kini tengah berada di Posko Pengungsian SMA Negeri Patra Nusa, Kecamatan Manyak Payed.
Ia mengungkapkan betapa parahnya situasi yang mereka alami, jauh di luar yang digambarkan di media sosial. Banyak rumah yang hancur dan tidak sedikit jasad yang belum ditemukan sampai saat ini.
Situasi Terkini di Lokasi Banjir yang Menyengsarakan Warga
Pada saat banjir terjadi, Panji dan keluarganya dengan cepat mencari tempat yang lebih tinggi. Mereka terpaksa menempuh jalan kaki sejauh 10 hingga 12 kilometer untuk mencapai posko pengungsian yang aman.
Setelah mendapatkan informasi dari orang-orang sekitar, mereka akhirnya sampai di posko pengungsian yang diisi oleh sekitar 1.000 pengungsi. Di tengah perjalanan yang panjang dan melelahkan, mereka merasakan lapar yang sangat mengganggu.
Banjir datang dengan sangat cepat, sehingga Panji hanya sempat membawa handphone, laptop, dan ijazah. Semua barang lainnya ditinggalkan dalam keadaan terendam air.
Kondisi Pengungsi dan Keterbatasan Akses Bantuan
Panji mengungkapkan bahwa selama perjalanan menuju pengungsian, rasa lapar sangat menyiksa. Mereka terpaksa mencari makanan sisa yang terbuang akibat banjir dan meminta sedikit nasi kepada orang-orang yang ada di sekitar mereka.
Sampai saat ini, bantuan yang ditunggu-tunggu oleh para pengungsi belum juga tiba. Selain itu, banyak daerah yang masih mengalami pemutusan akses listrik dan internet, yang membuat komunikasi menjadi sangat sulit.
Situasi ini juga memicu terjadinya penjarahan di berbagai lokasi. Banyak toko seperti Alfamart dan Indomaret menjadi sasaran, membuat kondisi masyarakat semakin kritis, terlebih saat kelaparan melanda.
Krisis Energi dan Ketersediaan Bahan Bakar di Aceh Tamiang
Saat ini, kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi. Kendati ada pasokan bahan bakar yang masuk ke daerah tersebut, harganya selangit mencapai Rp70 ribu per liter.
Hal ini semakin menambah beban warga yang sudah dalam kondisi sulit. Dengan harga yang sangat tinggi dan pasokan yang terbatas, mereka berdoa agar bantuan lebih cepat tiba.
Warga di Aceh Tamiang sangat berharap bantuan dalam bentuk makanan dan kebutuhan dasar lainnya bisa segera datang. Mereka membutuhkan dukungan untuk melewati masa-masa sulit ini dengan secepatnya.








