Rupiah Melemah 1,38 Persen ke Rp16.601 per Dolar AS, Terendah Sejak Mei
Table of content:
Nilai tukar rupiah telah menunjukkan tren melemah yang cukup signifikan, dengan penurunan yang mencapai 1,38 persen selama pekan ini. Hal ini telah membawa rupiah ke level terendah sejak Mei 2025, menciptakan kekhawatiran di kalangan para pelaku pasar.
Data yang dirilis menunjukkan bahwa pada akhir pekan, rupiah ditutup di level Rp16.601 per dolar Amerika Serikat. Angka ini merupakan penurunan 0,45 persen dari penutupan hari sebelumnya, yakni Rp16.527, mencerminkan ketidakpastian di pasar mata uang.
Kondisi Terkini Nilai Tukar Rupiah di Pasar
Rupiah juga tercatat tertekan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, dengan nilai JISDOR ditutup di Rp16.578, mengalami penurunan 0,48 persen dari hari sebelumnya. Selama sepekan, pelemahan ini mencapai 1,14 persen, menunjukkan tren yang jelas dalam mata uang domestik.
Awal perdagangan pada Jumat lalu menunjukkan rupiah sudah tertekan, dengan pembukaan di level Rp16.550 per dolar AS. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan hari sebelumnya, sehingga menambah daftar tantangan bagi rupiah ke depannya.
Data menunjukkan bahwa meskipun indeks dolar AS mengalami penurunan ke level 97,35, rupiah tetap mengalami pelemahan. Hal ini memperkuat keyakinan bahwa ada faktor-faktor lain yang memengaruhi nilai tukar rupiah secara lebih mendalam.
Faktor Penyebab Pelemahan Nilai Tukar Rupiah
Pelemahan nilai rupiah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal, tetapi juga mencerminkan kondisi domestik yang belum stabil. Sejumlah analis berpendapat bahwa sentimen negatif yang berkembang di pasar menjadi pemicu utama penurunan ini. Dengan kondisi global yang tidak pasti, pasar merespons dengan kehati-hatian.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, menyebutkan bahwa sentimen eksternal menjadi salah satu penyebab utama pelemahan ini. Dia menyoroti pernyataan dari Ketua The Fed, Jerome Powell, yang tidak menunjukkan indikasi pemotongan suku bunga agresif memberikan efek domino pada mata uang lain, termasuk rupiah.
Pernyataan Powell yang menekankan pentingnya data dalam pengambilan keputusan membuat pasar lebih cenderung untuk bersikap defensif. Hal ini berimplikasi langsung terhadap nilai tukar, di mana respon pasar mencerminkan kurangnya kepercayaan terhadap daya tahan rupiah di tengah ketidakpastian global.
Reaksi Pasar Terhadap Nilai Tukar Rupiah
Reaksi pasar terhadap nilai tukar rupiah bisa dilihat dari tren pergerakan harga aset lain. Ketidakstabilan ini menyebabkan investor lebih selektif dalam memilih instrumen investasi mereka. Dalam situasi ini, tindakan yang hati-hati menjadi lebih penting, terutama bagi para pelaku pasar yang terbiasa dengan volatilitas tinggi.
Situasi ini juga mempengaruhi daya tarik investasi asing di dalam negeri. Investor cenderung mencari tempat yang lebih stabil untuk meminimalkan risiko; oleh karena itu, efek berantai dari kelemahan rupiah berpotensi mengurangi aliran investasi ke Indonesia. Ketersediaan informasi yang akurat dan analisis yang mendalam menjadi sangat penting.
Dengan demikian, pelaku pasar perlu memantau terus perkembangan nilai tukar maupun kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan otoritas moneter. Langkah antisipatif dapat memperkecil potensi kerugian jika situasi memburuk lebih lanjut.







