Banjir Semarang Terjang 38 Ribu Warga Terdampak
Table of content:
Hujan lebat yang mengguyur Kota Semarang sejak Rabu (22/10) baru-baru ini menyebabkan kerusakan signifikan. Ribuan rumah terendam banjir, dan kawasan vital mengalami lumpuh total, mengganggu aktivitas warga sehari-hari di wilayah tersebut.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, tentu saja dampak dari kejadian ini cukup besar. Sekitar 38.180 penduduk telah terpengaruh, termasuk 4.265 jiwa dari Kecamatan Genuk dan 33.915 jiwa dari Muktiharjo Kidul yang terpaksa menghadapi kondisi yang tidak menguntungkan ini.
Genangan air terlihat di berbagai area, seperti Bangetayu Kulon, Banjardowo, Gebangsari, dan Genuksari dengan ketinggian air dapat mencapai hingga 60 sentimeter. Terutama, di Jalan Nasional Kaligawe, situasi semakin parah dengan ketinggian air yang menghambat arus lalu lintas.
Dampak Banjir Terhadap Kualitas Hidup Warga Semarang
Pemicu utama dari genangan air ini disebabkan oleh sistem drainase yang tak mampu menampung curah hujan yang tinggi, ditambah dengan adanya luapan dari Sungai Tenggang. Ini menyebabkan kondisi yang sangat mengkhawatirkan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar area tersebut.
Dalam rangka merespons situasi genting ini, BPBD Kota Semarang bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan penyedotan air. Upaya ini bertujuan agar genangan air bisa segera surut dan aktivitas warga kembali normal.
Sementara itu, air juga merendam area depan Rumah Sakit Islam (RSI) Sultan Agung. Ketinggian air di kawasan tersebut mencapai 80 sentimeter, memaksa sejumlah pasien untuk dievakuasi demi keselamatan mereka.
Situasi Banjir yang Meluas di Kabupaten Grobogan
Sementara itu, dampak hujan deras tak hanya dirasakan di Semarang, melainkan juga menjalar ke Kabupaten Grobogan. Sejak Selasa (21/10), sekitar 2.263 rumah di 28 desa dan 14 kecamatan telah terendam banjir setinggi lutut hingga pinggang orang dewasa.
Selain itu, 285 hektare lahan pertanian padi juga terendam, yang bisa memengaruhi ketahanan pangan di wilayah tersebut. Di Kecamatan Gubug, kerusakan lebih lanjut terjadi ketika tanggul kanan Kali Tuntang jebol sepanjang 10 meter, mengganggu perjalanan kereta lintas Jakarta-Surabaya.
Gunanya peringatan dari pihak berwenang sangat penting untuk menjaga keselamatan warga. Melihat permasalahan ini, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menginstruksikan pelaksanaan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk mengurangi curah hujan yang berpotensi menyebabkan banjir lebih lanjut.
Tindakan Pencegahan dan Penanganan dari Pemerintah
Pesawat Cessna Caravan PK-SNM telah siap beroperasi, mendarat di Bandara Ahmad Yani, Semarang, guna mendukung upaya ini. Sebanyak 10 ton natrium klorida dan 2 ton kalsium oksida telah disiapkan untuk proses penyemaian awan agar hujan dapat diatur lebih baik.
Abdul Muhari, Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BNPB, menegaskan bahwa tujuan operasi ini bukan untuk menghentikan hujan. Sebaliknya, mereka berusaha untuk mengalihkan hujan agar tidak turun di wilayah yang telah tergenang air.
Operasi ini melibatkan kolaborasi beberapa instansi, termasuk BNPB, BMKG, BRIN, TNI AU, dan BPBD Jawa Tengah. Pembaruan informasi dari operasi ini sudah dipastikan akan disampaikan secara berkala, tergantung pada kondisi cuaca harian yang berkembang.








